“Tidak jual sate kolang-kaling,” jawab
penjual gilo-gilo ketika saya tanya tentang penganan dari olahan manisan
kolang-kaling dan disunduk seperti sate. Warnanya merah. Lalu saya membeli
buah-buahan: pepaya, nanas, semangka, bengkuang, melon. Dan kerinduan saya itu
pupus.
Jawaban
sama saya terima dari setiap penjual gilo-gilo yang saya temui. Penjual gilo-gilo menjual buah-buahan dan aneka penganan.
Ketika saya kecil penjual gilo-golo juga menjual sate kolang-kaling. Mereka
memberi alasan pedagangnya meninggal dan tidak ada penerusnya. Mungkin karena
banyak ragam makanan anak-anak dijual di warung-warung, sehingga tidak ada lagi
pedagang sate kolang-kaling.
Saya berniat membuat manisan kolang-kaling
ketika berkunjung ke produsen pengolah kolang-kaling, di daerah Boja. Produsen
membeli kolang-kaling mentah dari Temanggung. Buah-buah kolang-kaling menempel
pada cabang-cabang tandan, dan teronggok di teras rumah. Warna kulitnya hijau
pekat dan menjadi cokelat kehitaman setelah direbus.
Saya
masuk dapur, melihat pengolahan kolang-kaling. Di atas tungku ada panci besar
berisi buah-buah kolang-kaling yang dimasak selama 4 jam. Bau kayu sebagai
bahan bakar menusuk hidung. Sesekali panas asapnya terasa di kulit. Sisi kiri
kanan tungku-tungku dibiarkan terbuka, dengan mudah saya melihat pepohonan dan
kandang kambing di belakang.
Sisi
kiri dapur tempat kolang-kaling sudah jadi, siap dibeli. Sisi kanannya, wanita
berdaster duduk di dingklik mengupas kolang-kaling. “Jika mata kulit ini ada 2,
berarti, kolang-kaling di dalamnya ada 2,” jelasnya sambil menunjukkan satu
buah sebesar bola golf, lalu membelahnya dengan pisau. Setelah kulitnya
terbuka, ada 2 kolang-kaling berwarna putih, lonjong. Ia meletakkannya dalam
satu wadah. Saya mencicipi. Rasanya agak pahit, kenyal. Kemudian dia mengambil
buah kolang-kaling lagi, kulitnya bermata 3. Ia membelah, dan, di dalamnya ada 3
kolang-kaling. Saya tertarik.
Saya membeli satu kilogram kolang-kaling utuh. Ada kolang-kaling gepeng, itu berarti sudah digencet, dengan kayu berat. Harganya seratus persen lebih murah dari harga di pasar tempat saya biasa berbelanja.
Beberapa
hari setelah itu, kolang-kaling saya olah.
Untuk menghilangkan lendirnya,
kolang-kaling saya cuci berkali-kali dengan air, dan rebus selama sepuluh
menit; setelah itu buang airnya. Kolang-kaling kembali saya rebus sekitar
setengah jam, dengan tambahan gula pasir, pewarna, daun pandan, dan daun jeruk.
Setelah dingin, saya taruh kolang-kaling
di kulkas semalam. Hari berikutnya, manisan kolang-kaling siap saya santap.
Karena saya tidak menjualnya, saya
tidak membuat sate kolang-kaling. Saya letakkan manisan kolang-kaling di piring
saji, lalu ambil pakai garpu. Selamat mencoba bagi teman-teman, yang, juga
tertarik.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar