Iis Soekandar: Manisan Kolang-Kaling

Kamis, 26 Desember 2024

Manisan Kolang-Kaling

 

             “Tidak jual sate kolang-kaling,” jawab penjual gilo-gilo ketika saya tanya tentang penganan dari olahan manisan kolang-kaling dan disunduk seperti sate. Warnanya merah. Lalu saya membeli buah-buahan: pepaya, nanas, semangka, bengkuang, melon. Dan kerinduan saya itu pupus.

Jawaban sama saya terima dari setiap penjual gilo-gilo yang saya temui. Penjual gilo-gilo menjual buah-buahan dan aneka penganan. Ketika saya kecil penjual gilo-golo juga menjual sate kolang-kaling. Mereka memberi alasan pedagangnya meninggal dan tidak ada penerusnya. Mungkin karena banyak ragam makanan anak-anak dijual di warung-warung, sehingga tidak ada lagi pedagang sate kolang-kaling.

            Saya berniat membuat manisan kolang-kaling ketika berkunjung ke produsen pengolah kolang-kaling, di daerah Boja. Produsen membeli kolang-kaling mentah dari Temanggung. Buah-buah kolang-kaling menempel pada cabang-cabang tandan, dan teronggok di teras rumah. Warna kulitnya hijau pekat dan menjadi cokelat kehitaman setelah direbus.


         Saya masuk dapur, melihat pengolahan kolang-kaling. Di atas tungku ada panci besar berisi buah-buah kolang-kaling yang dimasak selama 4 jam. Bau kayu sebagai bahan bakar menusuk hidung. Sesekali panas asapnya terasa di kulit. Sisi kiri kanan tungku-tungku dibiarkan terbuka, dengan mudah saya melihat pepohonan dan kandang kambing di belakang.


Sisi kiri dapur tempat kolang-kaling sudah jadi, siap dibeli. Sisi kanannya, wanita berdaster duduk di dingklik mengupas kolang-kaling. “Jika mata kulit ini ada 2, berarti, kolang-kaling di dalamnya ada 2,” jelasnya sambil menunjukkan satu buah sebesar bola golf, lalu membelahnya dengan pisau. Setelah kulitnya terbuka, ada 2 kolang-kaling berwarna putih, lonjong. Ia meletakkannya dalam satu wadah. Saya mencicipi. Rasanya agak pahit, kenyal. Kemudian dia mengambil buah kolang-kaling lagi, kulitnya bermata 3. Ia membelah, dan, di dalamnya ada 3 kolang-kaling. Saya tertarik.

            Saya membeli satu kilogram kolang-kaling utuh. Ada kolang-kaling gepeng, itu berarti sudah digencet, dengan kayu berat. Harganya seratus persen lebih murah dari harga di pasar tempat saya biasa berbelanja.

kolang-kaling sudah dikupas

                 Beberapa hari setelah itu, kolang-kaling saya olah.

            Untuk menghilangkan lendirnya, kolang-kaling saya cuci berkali-kali dengan air, dan rebus selama sepuluh menit; setelah itu buang airnya. Kolang-kaling kembali saya rebus sekitar setengah jam, dengan tambahan gula pasir, pewarna, daun pandan, dan daun jeruk. Setelah  dingin, saya taruh kolang-kaling di kulkas semalam. Hari berikutnya, manisan kolang-kaling siap saya santap.

            Karena saya tidak menjualnya, saya tidak membuat sate kolang-kaling. Saya letakkan manisan kolang-kaling di piring saji, lalu ambil pakai garpu. Selamat mencoba bagi teman-teman, yang, juga tertarik.

@@@


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar