Iis Soekandar: Es Gempol

Senin, 30 Desember 2024

Es Gempol



Dulu saya sedih setiap melewati Pasar Randusari. Letaknya tidak jauh dari TPU Bergota. Setelah saya menaiki jalan menanjak menuju makam bapak, lalu pulang, sambil beristirahat, lelah terbayar dengan menikmati semangkuk es gempol yang segar.

Matahari mulai meninggi. Saya tidak melihat wadah-wadah berisi komponen-komponen es gempol. Lapaknya kosong. Letaknya di pinggir pasar, mudah dilihat dari jalan raya. Saya pikir wanita lansia berkonde, wajahnya bulat, berkebaya kutubaru, kulitnya putih, ada keperluan atau sakit. Saya berlalu.

Lain waktu saat saya berziarah lagi, tidak menemukan minuman kesukaan itu. Lalu saya bertanya kepada wanita penjual bunga yang mangkal di sekitarnya.

            “Dia sekarang di rumah. Lapaknya dijual,” jawabnya sambil melirik bekas lapak es gempol. “Anak-anaknya punya pekerjaan sendiri-sendiri,” tambahnya, juga menyayangkan. Padahal pelanggannya banyak. Bahkan ia pernah bercerita bahwa salah satu pelanggannya yang kini tinggal di Amerika, membeli es gempolnya setiap pulang Semarang. Saya pulang dengan hati sedih.

Sejak itu, entah mengapa, saya tidak berminat minum minuman dingin berkuah santan, berisi: gempol warna putih, dan pleret merah muda, lalu diberi es batu. Padahal banyak penjual es gempol.

Sampai suatu siang saya jalan-jalan ke Pasar Johar, yang selesai direnovasi akibat kebakaran. Banyak kios kosong, terlebih di lantai dua. Banyak pedagang belum berpindah dari Pasar Johar baru. Udara panas semakin mengganas. Saya kehausan lalu mencari minuman. Ada penjual es gempol, satu-satunya penjual minuman dingin yang saya temui. Saya membeli. Tempat penyajiannya di gelas besar, bukan mangkuk seperti biasanya. Begitu saya santap, ada tambahan makanan, rasanya manis, bentuknya seperti mi. “Itu putu mayang, ciri khas gempol dari Welahan,jelas penjualnya. Putu mayang biasanya sebagai penganan.

Seru makan es gempol welahan. Saya ketagihan menikmati gempol putih, pleret hijau, dan putu mayang rasa original: gula merah, dipadu kuah santan dan es batu. Setiap kali belanja ke Pasar Johar saya mampir. Bahkan terkadang saya ke Pasar Johar hanya untuk menimkati segelas es gempol welahan, yang khas dengan tambahan putu mayang.

Apakah ada es gempol dari daerah lain dengan varian berbeda? Mungkin.

@@@

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar