Dulu
saya sedih setiap melewati Pasar Randusari. Letaknya tidak jauh dari TPU
Bergota. Setelah saya menaiki jalan menanjak menuju makam bapak, lalu pulang,
sambil beristirahat, lelah terbayar dengan menikmati semangkuk es gempol yang
segar.
Matahari
mulai meninggi. Saya tidak melihat wadah-wadah berisi komponen-komponen es gempol. Lapaknya
kosong. Letaknya di pinggir pasar, mudah dilihat dari jalan raya. Saya pikir
wanita lansia berkonde, wajahnya
bulat, berkebaya kutubaru, kulitnya putih, ada
keperluan atau sakit. Saya
berlalu.
Lain
waktu saat saya berziarah lagi, tidak menemukan minuman kesukaan itu. Lalu saya
bertanya kepada wanita penjual bunga yang mangkal di sekitarnya.
“Dia sekarang di rumah. Lapaknya dijual,”
jawabnya sambil melirik bekas lapak es gempol. “Anak-anaknya punya pekerjaan
sendiri-sendiri,” tambahnya, juga menyayangkan. Padahal pelanggannya banyak.
Bahkan ia pernah bercerita bahwa salah satu pelanggannya yang kini tinggal di
Amerika, membeli es gempolnya setiap pulang Semarang. Saya pulang dengan hati
sedih.
Sejak
itu, entah mengapa, saya tidak berminat minum minuman dingin berkuah santan, berisi:
gempol warna putih, dan pleret merah muda, lalu diberi es batu. Padahal banyak
penjual es gempol.
Sampai
suatu siang saya jalan-jalan ke Pasar Johar, yang selesai direnovasi akibat
kebakaran.
Banyak kios kosong, terlebih di lantai dua. Banyak pedagang belum berpindah
dari Pasar Johar baru. Udara panas semakin mengganas. Saya kehausan lalu
mencari minuman. Ada penjual es gempol, satu-satunya penjual minuman dingin yang saya temui.
Saya membeli. Tempat penyajiannya di gelas besar, bukan mangkuk seperti
biasanya. Begitu saya santap, ada tambahan makanan, rasanya manis, bentuknya
seperti mi. “Itu putu mayang, ciri khas gempol dari Welahan,”
jelas
penjualnya.
Putu mayang biasanya sebagai penganan.
Seru
makan es gempol welahan. Saya ketagihan menikmati gempol putih, pleret hijau,
dan putu mayang rasa original: gula merah, dipadu kuah santan dan es batu. Setiap
kali belanja ke Pasar Johar saya mampir. Bahkan terkadang saya ke Pasar Johar
hanya untuk menimkati segelas es gempol welahan, yang khas dengan tambahan putu
mayang.
Apakah
ada es gempol dari daerah lain dengan varian berbeda? Mungkin.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar