Piala Raja Kelinci
Rambo
kelinci pulang berjalan kaki membawa seikat wortel. Seperti biasa setiap sore
ia berjalan untuk mengambil wortel dari ladang wortel. Jaraknya kira-kira satu
kilometer dari rumah. Sedangkan kelinci-kelinci muda lain biasanya naik sepeda
kalau pergi ke ladang. Di perjalanan pulang Rambo melihat kelinci seumurannya
bergerombol. Mereka sedang membicarakan perlombaan yang diadakan Kerajaan
Kelinci. Raja Kelinci mengadakan lomba lari cepat bagi para kelinci muda. Pemenangnya
akan mendapatkan Piala Raja Kelinci. Piala itu berbentuk worel, makanan kesukaan
mereka.
Lomba itu diselenggarakan dalam rangka
ulang tahun Kerajaan Kelinci.
“Kerajaan Kelinci harus tetap merdeka.
Tidak boleh dijajah oleh hewan lain. Itu sebabnya, para kelinci muda harus
cekatan berlari!” ujar Raja Kelinci pada sebuah pidato.
Raja Kelinci juga berencana akan
memberi pelatihan bela diri kepada para kelinci muda. Suatu saat jika ada musuh
datang, para kelinci muda yang akan maju di medan perang.
“Aku harus mendapatkan Piala Raja Kelinci!”
kata Rambi, kembaran Rambo.
Rambo yang baru saja sampai di rumah,
hanya tersenyum.
“Bagaimana mungkin kamu mendapatkan piala
itu? Kamu tidak pernah mau latihan berlari. Setiap hari Rambo yang mengambil
wortel di ladang,” kata bunda Rambi dan Rambo.
Rambi hanya terdiam.
“Otot kakiku masih bagus. Belum pernah
terkilir, jatuh, dan luka seperti Rambo. Lari sepanjang tiga kilometer pasti mudah. Rambo
pasti cepat kelelahan. Dia kan setiap hari sudah berjalan menempuh jarak dua
kilometer,” gumam Rambi di dalam hati.
@@@
Waktu terus berjalan. Tibalah saat yang
dinanti. Semua kelinci muda berkumpul di depan istana. Masing-masing memakai
nomor punggung. Rambo mendapat nomor 55 sedangkan Rambi 101. Sebanyak 252
kelinci muda mengikuti lomba lari cepat.
“Para kelinci muda, waktu menunjukkan
tepat pukul enam pagi. Kalian akan berlari sepanjang tiga kilometer sesuai rute
yang telah ditentukan,” Patih memberi keterangan.
Dari balkon tampak Raja, Permaisuri, dan
kedua pangeran kelinci menyaksikan pembukaan lomba.
“Hitungan akan saya mulai dari angka 3.
Kalian siap?” tambah Patih.
“Siaaaap,” jawab semua kelinci muda
penuh semangat.
“Tiga... dua... satu....”
Semua
kelinci muda berlari. Bapak dan ibu mereka memberi dukungan di sepanjang jalan
yang mereka lalui. Mereka pasti menginginkan anaknya mendapatkan Piala Raja
Kelinci. Begitu pun ayah dan bunda Rambo-Rambi.
Setelah beberapa menit berlalu, beberapa
peserta mulai berguguran. Ada yang berhenti lari karena kakinya lecet. Ada yang
otot kakinya kram dan pingsan.
Rambo masih bertahan berlari. Sedangkan
Rambi kakinya mulai kaku setelah menempuh jarak satu kilometer. Bahkan ia
terjatuh
“Aduh... kakiku... kenapa ini?” tanya Rambi.
Rambi berhenti di tengah jalan. Ia
mengerang. Sementara kelinci muda lain yang masih bertahan terus berlari. Rambo
sudah berada jauh di depan. Ia tak tahu kalau kembarannya terjatuh.
Pasukan istana tampak sigap menolong
Rambi. Mereka sengaja ditugaskan untuk menolong para peserta lomba lari yang
berhenti di jalan. Dua kelinci petugas lalu mengantar Rambi ke pos pertolongan
pertama.
Ayah dan Bunda menemani Rambi yang
dirawat di pos itu. Mereka sudah menduga Rambi tidak mampu menempuh jarak tiga
kilometer.
Semula Rambi heran, mengapa ototnya bisa
kram. Dokter menjelaskan, justru otot harus sering dilatih agar lentur dan
kuat.
Otot dan tulang Rambo sudah terlatih
berlari. Saat pergi ke ladang dan pulang ke rumah membawa wortel, sebetulnya
Rambo tanpa sengaja telah berlatih. Berjalan dan terkadang berlari sejauh dua
kilometer setiap hari.
Jadi tak heran kalau akhirnya Rambo sampai
paling awal di depan istana. Disusul kelinci-kelinci muda lain beberapa saat
kemudian. Setengah dari mereka gagal mencapai finish.
Kini giliran penyerahan Piala Raja Kelinci
untuk sang juara.
“Para peserta dan semua rakyat kerajaan
Kelinci, kini tiba saatnya penyerahan piala. Pemenang lomba lari cepat tahun ini adalah...
Rambo!” seru Patih.
Tepuk tangan terdengar riuh-rendah.
Raja Kelinci memberikan piala pada Rambo.
“Rambo... Rambo... Rambo.... “ hadirin
yang hadir mengelu-elukan Rambo yang menerima Piala Raja Kelinci.
Sampai di rumah, Rambi masuk ke kamarnya
dan termenung. Rambo mendekatinya dan menghibur.
“Rambo, mulai besok kita bergantian ke
ladang. Sehari kamu, sehari aku. Aku juga ingin punya Piala Raja Kelinci
seperti kamu,” kata Rambi.
“Aku bangga pada usahamu, Rambi. Jika
kamu rajin ke ladang aku percaya suatu kamu juga bisa mendapatkan Piala Raja
Kelinci,” kata Rambo.
Mulai hari itu, bunda tidak lagi marah-marah.
Rambi tidak lagi malas. Ia bergantian dengan Rambo mengambil wortel di ladang.
@@@
Dongeng ini pernah dimuat di
majalah Bobo, terbit 28 Juni 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar