Hari Pertama
Puasa Bagi Fajar
Badan Rafli terasa segar dibanding tadi siang. Hari
ini puasa pertama Ramadan. Ia tidur sepulang sekolah hingga sore baru bangun. Setelah
mandi sore dia pergi ke dapur. Ibu memintanya membantu memasak. Maklum ibu
tidak mempunyai pembantu. Ketiga anak ibu lelaki. Kakak Rafli, Kak Fauzi, sibuk
mengurus buka puasa bersama di sekolah. Sedangkan adiknya, Fajar, masih terlalu
kecil. Dia belum dapat membantu ibu memasak.
“Bu,
mengapa ikan guraminya tinggal tiga? Bukankah tadi Bapak dapat empat ekor?”
tanya Rafli setelah mengambil ikan-ikan dari kepis. Kepis adalah tempat menyimpan
ikan setelah dipancing. Kepis terbuat dari bambu yang dianyam. Tadi pagi bapak memancing
dari empang dan mendapat 4 ekor gurami. Lalu Rafli memberikan ikan gurami itu
kepada ibu untuk diambil sisiknya.
“Ibu
lupa kalau hari ini sudah puasa Ramadan. Tadi ikan gurami yang ukuran kecil Ibu
goreng untuk makan siang Fajar. Coba kamu tengok, apakah di meja makan masih ada
sepiring nasi dan lauk ikan gurami yang ibu sediakan!” pinta ibu.
Rafli
langsung pergi ke meja makan. Dibukanya tudung saji. Benar dugaannya, di meja makan
tidak ada sepiring nasi dan lauk ikan gurami. Rafli mencari Fajar. Tapi adiknya
itu belum bangun dari tidur. Dia terlihat nyenyak.
“Nasi
dan ikan guraminya tidak ada, Bu, paling sudah dia makan dengan sembunyi-sembunyi.
Ibu sih, sudah tahu puasa malah diberi makan,” tukas Rafli setelah sampai di
dapur.
“Iya,
Ibu lupa,” jawab ibu dengan menyesal.
“Kalau
begitu nanti dia tidak boleh buka puasa bersama. Padahal tadi pagi ikut sahur.
Nggak tahunya siang hari malah makan. Berarti dia bohong, mengaku puasa tapi
siang hari makan,” kata Rafli jengkel.
“Mungkin dia belum kuat puasa. Maklumlah, ini kan puasa pertamanya,”
jelas ibu dengan sabar. “Sudah, sekarang segera diracik sayur lodeh itu. Ibu
akan mengolah ikan gurami,” pinta ibu sambil menguliti sisik ikan gurami.
Disamping itu ibu sambil menggoreng tahu dan tempe. Sore
itu ibu memasak sayur lodeh dengan lauk ikan gurami, tempe, dan tahu goreng.
Ibu juga akan membuat kolak pisang setup.
“Nanti
Ibu ingatkan lagi supaya puasa. Bukankah dia sudah janji mau puasa?”
“Iya,
nanti Ibu ingatkan lagi. Ayo cepat meraciknya. Nanti airnya keburu mendidih,”
pinta ibu sambil memberi bumbu pada ikan gurami.
“Baik,
Bu. Ini sudah selesai tinggal dicuci.” Rafli pun segera mencuci sayur lodeh.
Tidak lama kemudian dimasukkannya sayur-sayuran itu dalam air mendidih yang sudah
diberi bumbu. Setelah itu diberi santan hingga matang.
Rafli
senang ketika Fajar berjanji akan berpuasa Ramadan. Sebelumnya Fajar tidak
pernah puasa. Beberapa hari menjelang puasa Ramadan, ibu meminta Fajar supaya berpuasa.
Mulanya Fajar menolak karena tidak tahan lapar dan haus. Begitu ibu menjanjikan
hadiah, Fajar langsung bersemangat akan berpuasa.
Jika kuat sebulan ibu memberi hadiah uang
seratus ribu rupiah. Jika fajar tidak berpuasa sampai tiga hari, ibu memberi
tujuh puluh lima ribu rupiah. Bila sampai satu minggu ibu memberi lima puluh
ribu rupiah. Jika kurang dari itu ibu
hanya memberi sepuluh ribu rupiah.
Setelah beberapa lama, azan Magrib
berkumandang. Tanda waktu buka puasa tiba. Semua hidangan telah tersedia di
meja makan. Rafli, ibu, dan bapak sudah bersiap di meja makan. Sedangkan Kak Fauzi buka puasa bersama bapak dan
ibu guru serta teman-temannya di sekolah. Pertama kali mereka minum teh manis
hangat
“Horeeee... buka puasa telah tiba,” sorak Fajar sambil menghampiri meja
makan. Dia baru saja duduk-duduk di teras menunggu buka puasa. Kemudian dia
menuangkan teh manis hangat dari dalam teko.
“Kamu kan tidak puasa, Jar. Jadi kamu juga tidak buka puasa, tapi makan
malam,” tukas Rafli.
“Siapa bilang Fajar tidak berbuasa?”
tanya Fajar agak marah.
“Buktinya nasi dengan lauk ikan gurami pemberian Ibu tadi siang, kamu
makan. Itu berarti kamu tidak puasa,” jelas Fajar.
Fajar
tidak menjawab, tapi buru-buru pergi ke belakang. Tidak lama kemudian dia
keluar dengan membawa sepiring nasi dengan lauk gurami goreng.
“Ini
nasi pemberian Ibu. Fajar simpan di lemari belakang, supaya tidak kepingin.”
Lemari
belakang tempat ibu menyimpan perkakas dapur. Ibu jarang membukanya kecuali
punya hajat.
“O...,”
Rafli manggut-manggut.
“Puasa
itu tidak hanya menahan haus dan lapar, Kak, tapi juga menjaga akhlak mulia.
Diantaranya tidak berbohong atau berlaku jujur.”
Rafli
bangga melihat adik semata wayangnya bisa menjaga kejujuran. Hari pertama puasa
mereka lalui dengan penuh suka cita.
@@@
Cernak
ini pernah dimuat di harian Lampung Post, Minggu, 20 Mei 2018.
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-4969497520517963",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-4969497520517963",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar