Outline
Outline disebut
juga kerangka karangan. Tentu saja outline
berbeda dengan sinopsis. Sinopsis berisi garis besar karangan, sedangkan outline memerinci setiap bagian atau
bab. Karena memerinci bagian atau bab, outline
biasanya digunakan dalam kepentingan membuat cerita panjang, seperti
novelet dan novel.
Dalam
pembuatan cerita pendek, saya juga biasa membuat outline. Ibarat bangunan bila kerangka tidak kokoh, robohlah
bangunan itu. Begitupun bila tidak matang menyiapkan outline proses pengerjaan bertele-tele, memakan waktu lama, dan hasil
cerita kurang maksimal. Outline
berguna sebagai pemetaan, baik dari segi tema cerita maupun panjang karangan.
Tanpa pemetaan tema cerita seringkali menjadi tidak fokus. Setelah outline jadi, bisa terlihat pada
bagian-bagian mana yang harus dihilangkan karena keluar dari tema, atau
menambah bagian yang masih kurang, sehingga tema menjadi kuat.
Sedangkan
panjang karangan, saya biasa memakai ukuran jumlah halaman. Saya membuat
kerangka karangan dengan penomoran sebanyak jumlah halaman yang disyaratkan
media yang dituju. Sekalipun ada media yang mensyaratkan dalam bentuk cws (character
with space) dan kata, dalam
catatan pribadi, saya tetap mengukurkan dengan halaman. Sebab dengan melihat
jumlah halaman pemetaan lebih mudah dilihat, tinggal nanti disesuaikan sampai
berapa cws atau kata yang dibutuhkan.
Setiap
halaman berisi pokok-pokok cerita. Kelak dalam proses menulis, setiap pokok
cerita berusaha dikembangkan hingga menjadi satu halaman. Begitupun sebaliknya,
tidak melebihkan sehingga keluar dari pokok cerita. Sekilas cara seperti ini
terkesan kaku. Karena selama proses menulis seringkali harus mendengar juga
suara hati dan itu lebih mengalir. Tetapi dengan pemetaan, setidaknya saya mempunyai
bayangan kemana cerita akan saya bawa dan dengan ending yang seperti apa.
Dengan
membuat pokok-pokok cerita setiap halaman, dapat dilihat, pada bagian-bagian
mana yang masih kurang data-datanya. Apalagi bila berhubungan dengan pihak
lain, seperti narasumber dan survei tempat, maka harus dituntaskan sehingga
tidak menghambat selama proses menulis.
Dengan
memetakan cerita dalam bentuk outline,
berguna pula dalam menyusun alur cerita. Pada halaman berapa cerita itu akan
dibuat antiklimaks, klimas, pengenalan, ending, apakah akan dibuat flashback ataukah alur maju. Sekaligus
menyiapkan prolog atau pengantar agar pembaca tertarik mengikuti cerita dari
awal hingga akhir. Prolog adalah pintu gerbang cerita
setelah judul.
Dengan
membuat outline, proses menulis
menjadi mudah, terstruktur, sehingga hasilnya makasimal dan sesuai yang
dikehendai. Salam senyum menulis, teman-teman!
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar