Kancil Yang Cerdik
Diceritakan kembali
oleh: Iis Soekandar
Ilustrasi: Ochim dan Bisrie
Di
bawah pohon yang rindang terlihat seekor binatang tertidur lelap. Binatang itu
bernama kancil. Saat itu angin semilir sepoi-sepoi. Kancil tidur semakin
nyenyak. Tiba-tiba ia dibangunkan oleh seekor
monyet.
“Kancil ... kancil ... “ panggil si
Monyet sambil menyentuh punggungnya.
Kancil setengah sadar dan tidak
menghiraukan. Ia berpikir monyet akan menawarinya pisang. Padahal saat itu kancil sudah kenyang. Ia hanya membutuhkan tidur dengan tenang.
“Kancil, kamu enak-enak tidur, ada
kebakaran. Desa ini akan terbakar,” jelas monyet lalu pergi.
Kancil mencari-cari monyet, tapi monyet
sudah menggelantung dari pohon ke pohon untuk menyelamatkan diri. Kancil segera
berlari. Ternyata benar. Semua binatang berlari sekuat tenaga. Anjing, rusa, celeng, dan binatang-binatang lain berlari ketakutan.
Kancil terus berlari hingga tidak
melihat lagi teman-temannya. Ia kelelahan lalu beristirahat. Tentu saja
perutnya lapar karena ia telah berlari jauh dan kencang. Jalannya perlahan. Kancil melihat sekeliling. Ternyata ia menemukan ladang sayur.
“Aha, ini kan timun,” kata kancil.
Ia menoleh ke kanan, kiri, depan, dan belakang.
“Syukurlah,
tidak ada Pak Tani. Jadi aku bisa makan timun dengan lahap. Asyiiiiik....”
Kancil makan mentimun hingga kenyang. Setelah itu ia pergi.
Keesokan hari Pak Tani datang menengok
ladangnya.
“Lho, mengapa timunku tinggal sedikit? Tanamanku jadi acak-acakan. Siapa yang telah menghabiskan timunku?”
Pak Tani ingin marah. Tapi kepada siapa?
Akhirnya sore hari Pak Tani pulang ke rumah.
Tidak lama kancil datang. Ia sengaja
datang pada saat sepi.
Keesokan hari Pak Tani ke ladang, Mentimunnya hilang kembali. Kejadian mentimun hilang terjadi berkali-kali.
Sore hari saat datang, kancil kaget.
Ah, ternyata Pak Tani masih di ladang. Aku akan tunggu hingga Pak Tani pergi. Ini sudah sore. Paling
sebentar lagi Pak Tani pulang. Kancil berkata dalam hati.
Setelah ditunggu ternyata
Pak Tani tidak pulang. Sementara perut kancil terus keroncongan. Kemudian kancil datang dan meminta maaf.
“Pak Tani, aku minta maaf. Selama ini
yang mengambil timun aku. Aku boleh ya ambil lagi? Lho Pak Tani... kakiku...
kakiku.... “
Kancil tidak tahu tangan orang-orangan diberi pulut, yaitu semacam lem. Maka kaki kanan kancil pada bagian depan lengket dengan tangan orang-orangan.
“O... jadi selama ini yang mencuri
timunku kancil! Kamu akan kujadikan sate nanti malam,” kata Pak Tani setelah keluar dari tempat persembunyiannya.
Kemudian Pak
Tani membawa kancil ke rumah. Kancil hanya bisa menangis. Sampai di rumah ia dimasukkan dalam kurungan. Sementara Pak Tani istirahat.
Tidak lama anjing Pak Tani mendekat.
“Mengapa kamu di sini?” tanya anjing.
“Aku akan diajak pesta Pak Tani,” jawab kancil.
“Tidak mungkin. Aku yang sudah lama di
sini tidak pernah diajak pesta.”
“Benar,
kalau nggak, ngapain aku ada di sini. Tapi aku capek, tidak mungkin datang ke pesta. Habis perjalanan dari ladang ke rumah Pak Tani jauh. Kamu gantikan aku aja ya?”
Kancil terus merayu.
“Kamu kan yang diajak ke pesta. Kok malah aku yang menggantikan.”
“Tenang. Makanya kamu buka dulu kurungan
ini. Ganti kamu yang masuk. Terus aku bilang dulu Pak Tani.”
“Oke.” jawab anjing senang. Akhirnya anjing terkena bujuk rayu kancil.
Anjing membuka kurungan itu. Kancil
pun keluar. Anjing menggantikan kancil dan berada di dalam kurungan. Kancil kemudian pergi.
Anjing terus menunggu. Tapi kancil tidak
pernah kembali.
Dari kejadian itu kancil menyadari kesalahannya. Ia tidak boleh mengambil
milik orang lain.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar