Ayam Jantan Pemberian Nenek
Oleh:
Iis Soekandar
Tok
tok tok... Assalamualaikum...
Tok tok tok... Assalamualaikum...
Huh ayah! Ini kan masih pagi,masih ngantuk.
Adit tidak membuka pintu kamarnya tapi malah tidur lagi.
Begitulah Adit bila pagi hari dibangunkan.
Ia pura-pura tidak mendengar. Makanya ia sengaja mengunci pintu kamarnya.
Ketika bunda akan membelikan jam beker pun ia menolak. Semua itu dilakukan agar
Adit bisa tidur dengan puas dan bangun siang.
Padahal Adit selalu dimarahi Pak Maksum,
wali kelasnya. Seminggu sekali murid-murid mulai kelas 4 diwajibkan
mengumpulkan buku laporan salatnya. Buku itu berupa laporan salat Asar, Magrib,
Isya, dan Subuh di rumah. Sementara salat Duhur mereka lakukan bersama-sama di
sekolah. Kemudian setiap kolom diberi waktu dan tanda tangan orangtua. Salat
Subuh Adit selalu diisi pukul 6 pagi.
Saat waktu menunjukkan pukul 6 kurang
seperempat barulah Adit bangun. Ia langsung ke kamar mandi lalu salat Subuh. Selesai
salat Adit memberikan buku laporan salat kepada ayah.
Ayah melihat jam di dinding, tepat pukul
6. Ayah geleng-geleng kepala sambil menulis angka 6 pada kolom waktu salat
Subuh kemudian memberi tanda tangan. Adit cuma cengar-cengir. Kemudian ia
sarapan dan berangkat sekolah.
@@@
Siang
hari ketika pulang sekolah, Adit melihat makanan kesukaannya tersaji di meja
makan. Makanan itu jenis jajan pasar, yaitu jadah dan wajik. Bahkan tidak hanya
dirinya, kedua kakaknya, Mas Ari, Mas Agung, ayah, dan bunda juga menyukai.
"Asyik, Nenek sudah datang, bawa
jadah dan wajik," ungkap Adit girang sambil mengambil jadah yang sudah
dipotong-potong dan disajikan dalam piring saji.
"Tapi kamu mesti makan nasi dulu,
Dit,baru nanti makan jadah sepuasmu!" pinta bunda yang siang itu bikin
sayur bening bayam serta lauk ikan mujair goreng.
Setelah habis satu potong jadah, Adit
langsung menyantap makan siangnya. Adit makan ditemani bunda. Bunda bercerita
nenek sekarang sedang beristirahat di kamar. Beberapa hari lalu Adit memang
mendengar nenek akan datang dari desa. Nenek menelepon ayah. Biasanya nenek ke
sini dengan mobil travel.
Selesai makan siang, Adit bermaksud
membawa piring makan ke dapur. Ia sengaja lewat teras samping sambil mencari angin.
Teras samping sengaja tidak diberi atap sebagai sarana menjemur pakaian. Teras
itu tersambung dengan dapur. Adit melihat dua ekor ayam, jantan dan betina.
Masing-masing kaki sebelah ayam itu diikat lalu dikaitkan dengan tiang.
"Bunda, tumben Nenek bawa ayam.
Sepasang lagi. Buat apa sih? Kayak Lebaran aja?" tanya Adit setelah
kembali ke meja makan. Ia mengambil sepotong wajik. Ia sengaja tidak makan nasi
banyak saat makan siang tadi.
"Memang cuma Lebaran Nenek boleh
memberi ayam? Mungkin ayam nenek di desa banyak. Besok kita potong yang jantan. Kebetulan sudah lama Mama tidak masak
ayam," jelas bunda.
Adit manggut-manggut mendengar penjelasan
bunda.
Malam tiba. Adit tidur setelah selesai
mengerjakan pekerjaan rumah, pukul setengah sepuluh malam. Sudah lama ia
tertidur pulas. Sampai ia mendengar bunyi...
"Kokok kokok kokok....kukuruyuuuuuk"
Suara apa sih? Oh, ya kemarin nenek datang
membawa ayam, katanya setelah tersadar. Adit
bermaksud tidur kembali, tapi ayam itu berkokok berkali-kali.
Adit benar-benar tidak dapat tidur.
Kamarnya bersebelahan dengan teras samping. Itulah satu-satunya lahan untuk
menaruh ayam. Kalau ayam itu dipindah di halaman pasti dicuri orang. Tidak lama
terdengar azan Subuh. Terpaksa Adit bangun lalu salat Subuh. Selesai salat Subuh
ternyata ayah juga baru saja pulang dari masjid. Adit langsung menyodorkan buku
laporan salat.
"Tumben kamu salat Subuh tepat waktu,"
ledek ayah sambil tersenyum senang.
"Gara-gara ayam berkokok terus,
berisik!" jelasnya dengan mulut manyun. Karena hari masih pagi, Adit
membuka buku pelajaran dan belajar. Ketika sedang belajar, ia mendengar bunda
bercerita kepada ayah kalau Pak Sobar potong ayam pulang kampung. Sehingga ayam
itu tidak dapat segera dipotong. Adit semakin jengkel. Terpaksa besok bangun pagi lagi.
@@@
Ini hari Sabtu, saatnya mengumpulkan
buku laporan salat. Pak Maksum meneliti buku murid-muridnya satu per satu.
Terkadang wajah Pak Maksum tersenyum, sesekali mengeluh dan geleng-geleng
kepala. Ketika meneliti sebuah buku, beliau memperhatikan agak lama. Lalu
beliau memanggil muridnya.
“Adit, perkembanganmu sangat bagus,
sekarang kamu bisa bangun setengah lima pagi untuk salat Subuh. Anak-anak, bagi
yang salat Subuhnya masih kesiangan, lihat nih temanmu Adit sudah bangun pagi
setiap hari! Yang lain harus bisa seperti Adit,” pinta Pak Maksum kepada
murid-muridnya yang lain.
Semua temannya memandang Adit tidak
percaya. Adit cuma senyum-senyum. Dalam hati ia berjanji, sesampai di rumah
nanti, ia akan melarang bunda menyembelih ayam jantan pemberian nenek. Biarlah
ayam jantan itu dipelihara. Karena bunyi kokoknya, Adit salat Subuh tepat
waktu. Nilai ulangan pun menjadi lebih baik karena ia bisa menambah belajar
pada pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar