Posko
penuh orang-orang. Posko keamanan di sebelah kiri dekat pintu gerbang masjid itu
terbangun dari tenda terbuka. Saya mudah melihat kegiatannya dari jauh. Satu
per satu orang keluar sambil membawa minyak goreng kemasan plastik dengan wajah
berseri. Kemudian datang yang lain dan mengantre, begitu seterusnya. Sebagian
dari mereka jemaah pengajian; Sebagian lagi orang-orang luar.
“Tadi sebelum pengajian, ada
pengumuman, tapi aku nggak ngeh,” jawab teman yang duduk di sebelah saya
ketika saya tanya kegiatan di posko.
“Jenengan tidak ke sana?” tanya saya
sekaligus mencari teman.
“Nanti saja setelah Asar,” jawabnya
kukuh, sambil manggut-manggut mendengarkan keterangan Pak Ustaz.
Hati saya bergejolak. Apakah
barangnya masih ada jika kami menunggu Asar? Pasti harga minyak goreng itu
murah. Mungkin otoritas setempat atau pihak tertentu memberi kompensasi kepada
masyarakat, yang dirugikan salah satu produsen minyak goreng, yang mengurangi
takaran.
Seorang wanita bertubuh tinggi dan
tegar datang, lalu bersalaman kepada orang-orang di dekatnya. Ia tiba di masjid
pada separuh waktu pengajian. Orang-orang membagikan takjil jelang buka puasa. Ia
membagikan takjil siang hari, terlepas yang diberi jemaah pengajian. Saya
pernah diberinya kurma 5 buah dalam bungkus mika.
Saya datangi posko, di tengah terik
matahari, pada keterangan Pak Ustaz berikutnya. Cerita Nabi Yusuf dibuang
saudaranya, dan kisah-kisah menarik setelah itu, terdengar jelas melalui
pelantang suara.
Seperti mendapat hadiah lebaran
ketika saya mendapatkan satu liter minyak goreng secara gratis. Saya hanya
diminta mengisi kuesioner, seputar penggunaan uang digital. Teman saya sedih,
selesai Asar, posko sepi, tidak ada lagi kegiatan pemberian minyak goreng gratis.
Insya Allah, dua atau tiga hari lagi
Lebaran tiba. Izinkah saya mengucapkan Hari Raya Idulfitri, kepada teman-teman
yang merayakannya, dan, maaf lahir batin.
@@@