“Tidak
terasa ya, Bu, sudah lima besar,” ungkap Agung begitu program kompetisi memasak
selesai.
“Iya,” jawab ibu. Kemudian keduanya
mengungkapkan keunggulan masing-masing jagoannya.
Setiap
peserta memasak masakan yang telah ditentukan juri. Peserta yang mendapat nilai
paling rendah harus pulang. Program itu ditayangkan sebuah stasiun televisi
setiap minggu.
Gara-gara
selalu menemani ibu menonton acara program masak-memasak, Agung menyukai
kuliner. Agung juga sering membantu ibu mengolah makanan dengan resep-resep
baru. Ibu lebih suka memasak masakan dari luar. Ibu jarang memasak masakan
daerah. Agung pernah meminta ibu membuat gendon. Gendon adalah kudapan terbuat
dari singkong. Singkong dipotong kecil-kecil kemudian direbus dan diberi gula
pasir, lalu diaduk-aduk hingga mengental dan matang. Saat akan makan diberi saus
santan. Rasanya, hm ... lezat.
gendon dari singkong
foto: Iis Soekandar
Tapi
gendon yang diolah ibu rasanya tidak lezat. Singkongnya kacel (tidak mempur) sehingga saat dimakan terasa keras. Sejak itu
Agung tidak pernah meminta ibu membuat gendon. Ibu tidak pandai memilih
singkong saat membeli di pasar. Berbeda dengan bibi yang selalu dapat membeli
singkong mempur.
Sejak
pandemi bibi pulang kampung. Ibu lebih banyak bekerja di rumah. Ibu bekerja di
kantor hanya separuh waktu. Sehingga ibulah yang memasak makanan
sehari-hari.
@@@
Pada
suatu sore ....
“Apa
kabar, Gung?” tanya Wira memulai telepon video.
“Baik.
Apa kabarmu juga?” Agung balik bertanya.
“Aku
juga baik. Ngomong-ngomong kapan kamu ke desa? Sejak Nenek meninggal kamu
jarang ke desa. O iya, Senin depan tanggal merah, kamu bisa libur dua hari di
desa,” ajak Wira.
“Wah,
iya ya. Ada waktu libur dua hari. Kebetulan juga nih. Singkong di kebun
belakang siap dipetik?” tanya Agung serius.
“Aku tahu, pasti kamu ingin aku masak makanan
kesukaanmu, gendon!” tebak Wira.
“Tepat
sekali. Kapan lagi makan gendon lezat kalau tidak di kampung,” tukas Agung.
“Beres,
Gung, tapi ...”
Wira
berpikir sejenak. Lalu ...
“Tapi
apa, Wir?” tanya Agung penasaran.
“Maksudku,
nanti aku buatkan gendon spesial buatmu,” janji Wira.
“Gendon
spesial?” tanya Agung heran.
“Iya.
Lihat saja nanti!” kata Wira sebelum menutup pembicaraan.
Agung
penasaran. Dia ingin bertanya gendon spesial, tapi Wira sudah menutup telepon videonya.
Agung semakin tidak sabar ingin segera ke kampung halaman ayahnya. Wira adalah
sepupunya. Ayah Wira dan ayah Agung kakak beradik.
Mungkin
maksud Wira gendon spesial dengan singkong yang mempur. Di belakang rumah nenek
ada kebun. Kebun itu ditanami singkong. Singkong-singkong itu selalu mempur saat
dimasak.
@@@
Setelah
tiga jam perjalanan, akhirnya Agung dan keluarga sampai di rumah Wira. Dulu,
ayah Agung dan ayah Wira menghabiskan masa kecilnya di rumah itu. Tentu saja
saat itu nenek dan kakek masih hidup.
Ayah
dan ibu Wira tampak bahagia menerima kedatangan saudara-saudaranya. Wira hanya
menemui sebentar. “Pasti dia sedang
mengambilkan gendon spesial untukku,”
pikir Agung dalam hati.
Tidak
lama kemudian Wira keluar dengan membawa baki berisi makanan dan minuman.
“Ini
pasti gendon. Wah, kebetulan sekali sudah lama tidak makan gendon goreng,”
celetuk ayah. Ayah langsung mengambil hidangan di piring, begitu pun ibu.
“Gendon?
Bukankah itu ulat, Yah?” tanya Agung heran melihat ulat-ulat disajikan di
piring, bukan gendon terbuat dari singkong seperti yang biasa ia makan.
“Ini
juga gendon namanya. Gendon yang digoreng. Gendon sejenis ulat. Tidak mudah
mencari gendon. Gendon ini berada di dalam pangkal batang pohon turi. Ayo, rasakan
dulu. Pasti kau suka, Gung,” ajak ayah, juga ibu.
Walaupun
agak jijik, karena penasaran, akhirnya Agung menyantap gendon goreng sebagaimana
ayah dan ibu.
Sesaat kemudian ...
“Wah,
iya, rasanya gurih. Pantas saja kamu bilang gendon spesial,”ungkap Agung sambil
manggut-manggut.
“Kalau
gendon dari singkong, besok aku masakin,” jelas Wira.
“Wah,
terima kasih sekali,” kata Agung senang.
Ayah,
ibu, dan Agung menikmati gendon spesial hingga habis. Maklumlah di kota tidak
ada gendon spesial alias ulat gendon goreng.
@@@
Cernak ini pernah dimuat di koran Kedaulatan
Rakyat, Jumat, 19 Maret 2021
Wah, rasanya kayak apa yaaa
BalasHapusPenasaran
Mungkin di tempat Mbak Git ada pohon turi. Katanya gendon ada di batangnya. Terus digoreng. Katanya rasanya gurih😁 Aku juga belum pernah merasakan
Hapus