Buku ini berisi kumpulan cerita para penulis cilik.
Terdiri 12 cerita dari 12 penulis cilik, seperti Aliyah Khuzama, Khonsa
Tazkiyya S.M., Atikah Rajwa K., Eryna Shafa S., Anindita Haura W., dan
kawan-kawan. Diterbitkan pada bulan Februari 2019 oleh Penerbit Indiva Media
Kreasi dengan ilustrator Dhamas Iki. Dengan harga buku 39 ribu.
Mengawalicerita
pertama sekaligus sebagai judul buku “Kekurangan Bukanlah Keterbatasan”. Cerita
ini ditulis oleh Aliyah Khuzama. Berkisah tentang Dita,seorang anak dengan berkebutuhan
khusus. Matanya buta. Tidak hanya di lingkungan sekolah, di rumah juga diejek.
Tapi mamanya terus memberikan semangat agar Dita berusaha, bersyukur, dan
optimis. Termasuk ketika Dita mempunyai keinginan mengikuti lomba tadarus Al
Quran. Mamanya mendatangkan ustadzah hingga tanpa disangka karena kegigihan
dalam berlatih, Dita memenangkan sebagai juara pertama. Semenjak itu Dita
menjadi percaya diri. Ternyata kekurangan bukanlah keterbatasan.
Cerita lain ketika tokoh aku dalam judul “Buku
Sejuta Inspirasi” mendapatkan sebuah buku. Dengan membaca buku yang diperoleh
dari seseorang, aku mendapatkan banyak ilmu. Di antaranya mengakrabkan kembali
dengan sahabatnya. Melalui buku itu pula aku dan sahabatnya tidak hanya rajin
membaca, tetapi juga menulis. Hingga suatu saat mereka mempunyai ide menulis
kumpulan cerpen dan dikirimkan ke penerbit. Gayung bersambut, kumpulan cerpentersebut
diterima dan diterbitkan. Yah,dengan membaca banyak pengetahuan yang didapat.
Sedangkan
Fanzi Muwahid Esha Putra, satu-satunya penulis cilik putra dalam buku antologi ini
berkisah tentang petualangan tiga detektif cilik. Ikhsan, Farhan, dan Ubaid menyelidiki
tingkah laku seorang teman lama. Shani, demikian nama teman lamanya, setelah
lama tak bertemu sikapnya aneh. Dia anak pejabat, tetapi berpakaian compang-camping.
Mengapa Sani berperilaku demikian? Ikhsan, Farhan, dan Ubaidlah yang menguak
rahasia itu.
Semua cerita disajikan bernapas islami. Sehingga dengan membaca buku tersebutanak-anak tidak saja mendapatkan pendidikan karakter gemar membaca, percaya diri, peduli teman, dan lain-lain, tetapi juga belajar bagaimana membentuk pribadi muslim atau muslimah dalam pergaulan di rumah terlebih di masyarakat. Pembaca anak-anak mudah menangkap pesan tersebut karena diungkapkan dalam narasi dan gambar-gambar yang mendukung. Apalagi ditunjang pengungkapan bahasa yang khas anak-anak: sederhana, kalimat-kalimat pendek, dan mudah dimengerti. Karena ditulis oleh para penulis cilik. Secara langsung atau tidak juga memberi inspirasi bagi anak-anak yang membacanya mengikuti jejak mereka: menjadi penulis cilik.
Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada resensi
berikutnya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar