Waktu
menunjuk pukul delapan pagi. Seperti biasa Sempi Tempat Sampah sendirian. Sebab
Gatot sedang bersekolah. Sempi berada di kamar Gatot.
“Pusi, tolong ambilkan gelang
karetku yang jatuh!” tiba-tiba Sempi mendengar Mbak Ira menyuruh Pusi Kucing
Belang. Ternyata gelang karet yang biasa Mbak Ira pakai untuk mengikat rambut
panjangnya menggelinding dan masuk di kamar Gatot. Gatot tadi lupa menutup pintu
kamarnya ketika akan berangkat ke sekolah.
“Meooong...,” tidak lama terlihat
Pusi masuk di kamar Gatot.
“Pusi...,” panggil Sempi.
“Ada apa, Sempi?” tanya Pusi.
“Aku mau minta tolong,” tukas Sempi.
“Bentar, aku sedang bantu Mbak Ira
mengambil gelang karet. Kasihan dia buru-buru mau kuliah,” Pusi mendorong-dorong
gelang karet dengan kedua kakinya hingga di depan Mbak Ira. Lalu Mbak Ira
memungutnya.
Sesaat kemudian...
“Kamu mau minta tolong apa, Sempi?”
tanya Pusi setelah berada di samping Sempi.
“Lihatlah, sampah di dalam tubuhku
sudah penuh. Tapi Gatot malas membuangnya. Ada sampah bekas bungkus alat-alat
tulis. Bahkan bekas bungkus makanan seperti permen cokelat, snak cepat saji,
juga ada. Tubuhku gatal-gatal.”
“Wah, iya, baumu tidak enak. Bahkan
beberapa semut sudah mengerubutimu,” jelas Pusi setelah mendekat. “Pantas saja
kamu diletakkan di pojok sebelah lemari. Pasti supaya mama tidak melihat.”
“Makanya cepat tolongin aku. Kamu
bisa dorong aku keluar terus tumpahkan sampah-sampah itu di pinggir jalan. Biar
nanti tukang sampah yang memberesi.”
“Tukang sampah sudah mengambil sampah pagi tadi. Kita
tidak boleh membuang sampah
sembarangan. Kan sudah ada tong sampah di setiap depan rumah. Kalau sampai
banyak sampah masuk di selokan, bakal mampat dan mengundang bakteri. Warga bisa
terkena penyakit.”
Sempi sedih. Sementara Pusi merenung.
“Baiklah, aku akan menolongmu nanti
sore,” ungkap Pusi girang setelah mendapatkan ide.
“Kenapa tidak langsung sekarang?”
“Kalau aku menolongmu sekarang,
Gatot pasti mengulang kejelekannya itu. Disamping itu dia tidak suka sama
aku. Siapa tahu tidak lama lagi dia pulang. Kadang-kadang istirahat dia pulang
untuk mengambil bukunya yang teritnggal. Aku bisa ditendang kalau sampai tahu
berada di kamarnya. Kamu tahu sendiri dia tidak suka kucing. Lagi pula sekarang
aku ada janji sama Kiti. Kiti pasti sudah menunggu di luar.”
Setelah itu Pusi keluar dari kamar
Gatot. Sempi kembali sendirian. Sempi teringat awal persahabatannya dengan
Sempi. Suatu ketika Sempi sedang dicuci mama. Supaya cepat kering, Sempi
diletakkan di ujung pagar dengan menelungkup. Kemudian Kiti, kucing milik Tyas,
tetangga sebelah, memanggil-manggil.
“Sempi, kamu bisa menolong kucing
ini. Kasihan dia terkena guyuran air panas dari manusia. Waktu itu dia sedang
mencari makan. Di rumahmu kan belum ada kucing.”
“Wah, kasihan, badannya memerah.
Mbak Ira memang penyayang binatang. Tapi Mbak Ira mau nggak ya memelihara
kucing itu.”
“Tolonglah aku, Sempi! Setidaknya
supaya lukaku sembuh,” pinta kucing yang terluka itu.
Tidak lama Mbak Ira keluar. Kemudian
Kiti diminta meloncat hingga mengenai Sempi dan terjatuh. Tentu saja Mbak Ira
terheran. Ketika memungut Sempi, dia melihat ada kucing terluka. Mbak Ira
cepat-cepat membawanya ke rumah lalu ke dokter hewan. Kemudian Mbak Ira
memelihara dan menamainya, Pusi. Semenjak itu Sempi dan Pusi bersahabat.
@@@
Sore telah tiba. Mama dan papa sudah
pulang dari kantor. Seperti biasa mama masuk kamar Gatot untuk bertanya
pelajaran hari itu.
“Ini, Ma, Gatot sedang mengerjakan
pekerjaan rumah untuk besok.”
“Katanya kamu tadi ada ulangan.”
“Iya, Ma, tapi lembar ulangannya
belum dikembalikan. Jadi belum tahu nilainya. Tapi Gatot merasa bisa
mengerjakan.”
“Syukurlah...”
Tiba-tiba...
Klonthang...Tidak lama Pusi berlari
meninggalkan kamar setelah menjatuhkan Sempi.
“Ya ampun, Gatot... jadi selama ini kamu
malas membuang sampah? Sampah di tempat sampah sampai menggunung. Ada bekas
bungkus makanan bahkan kaleng bekas minuman. Ayo bersihkan!” pinta mama dengan
marah melihat sampah berserakan di lantai.
Lalu Gatot mengumpulkan
sampah-sampah itu dan membuangnya di tong sampah.
“Mulai sekarang, kamu harus membuang
sampah setiap sore. Mama akan mengecek. Jika mama masuk kamar tempat sampah
tidak kosong, mama akan kurangi uang jajanmu.”
“Baik, Ma, Gatot akan lakukan itu. Yang
penting, Mama jangan mengurangi uang jajan Gatot.”
Gatot juga disuruh mencuci Sempi.
Setelah itu Sempi diangin-anginkan hingga kering.
Ketika di ruang belakang hanya ada
Sempi dan Pusi....
“Terima kasih Pusi kamu baik sekali,”
ungkap Sempi senang.
“Kamu juga pernah menolong aku,”
jawab Pusi tak kalah senang.
@@@
Cernak ini pernah dimuat di harian Solopos, Minggu, 6 Januari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar