USBN
(Ujian Sekolah Berstandar Nasional) adalah salah satu serangkaian ujian yang
harus dilalui siswa selain Ujian Nasional dan Ujian Praktik. Berbeda dengan
Ujian Nasional yang hanya mengujikan empat pelajaran, USBN mengujikan semua
mata pelajaran yang diajarkan. Meski soal-soal dalam USBN dibuat oleh guru
masing-masing sekolah, harus ada patokan yang sama. Untuk itu dibuatkan pula
kisi-kisi yang sama.
Setelah beberapa waktu lalu bedah
kisi-kisi Ujian Nasional, pada hari Jumat, tanggal 25 Januari 2019, mata
pelajaran bahasa Indonesia subrayon 07 Semarang mengadakan bedah kisi-kisi USBN
di SMP Kesatrian 2, Jalan Pamularsih, Semarang. Dalam kesempatan ini dibahas
pula mekanisme Ujian Praktik.
Bertindak
sebagai pembicara Bapak Sholihul Hadi, S.Pd., ketua MGMP bahasa Indonesia
subrayon 07, sekaligus guru SMP Kesatrian 2.
Kisi-kisi dibuat mengacu pada dua
kurikulum yang dianut oleh sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan
subrayon 07. Bagi sekolah yang menggunakan Kurikulum 13, pemerintah pusat
membuatkan kisi-kisi. Begitupun bagi sekolah yang masih mengggunakan Kurikulum
2006 atau KTSP. Kemudian kisi-kisi itu dijabarkan dalam indikator-indikator
soal.
Walaupun
setiap sekolah diberi wewenang membuat soal sendiri, ada sebelas dari 45 soal
atau sebanyak 25% dari pemerintah pusat. Jadi, sebanyak 75% soal dibuat oleh
guru masing-masing sekolah.
Mekanisme pembuatan soal diserahkan
kepada peserta yang hadir. Apakah akan dikerjakan secara kelompok atau perorangan.
Tentu saja masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
pembuatan soal secara kelompok memliki tingkat ketelitan tinggi. Tetapi
kekurangannya, `rasa` kondisi siswa pada sekolah yang diampu terabaikan.
Padahal ujian diadakan untuk menguji akademik siswa sesuai kondisinya
sehari-hari. Mengingat antara sekolah satu dengan lainnya memilik siswa dengan
karakter yang berbeda. Hal ini sangat bisa dirasakan terutama bagi sekolah
swasta.
Sementara
soal yang dibuat secara perorangan kelebihannya ‘rasa` kondisi siswa tetap
melekat. Tetapi tingkat ketelitian mungkin akan terkurangi. Sebab mengerjakan
pekerjaan hanya sebagian, jika hal itu dikerjakan secara kelompok, pasti
berbeda dibanding dengan mengerjakan sendiri.
Akhirnya
keputusan diambil sesuai kebutuhan masing-masing, berkelompok atau perorangan.
Yang terpenting adalah, indikator yang diamanatkan pada masing-masing kurikulum
sebagaimana yang tertetara dalam kisi-kisi tersampaikan.
Berbeda
dari tahun-tahun sebelumnya, setelah soal selesai dalam kurun waktu yang
ditentukan, kira-kira dua minggu, verifikator kali ini dilakukan oleh tim yang
ditunjuk, yaitu guru-guru bahasa Indonesia yang ada di subrayon tersebut. Setiap
verifikator menanggungjawabi 4 atau 5 sekolah. Sedangkan sebelumnya dilakukan
oleh Pengawas dari subrayon.
Setelah
selama dua jam pembahasan, setiap peserta merasa puas sehingga mengemban tugas
selanjutnya, yaitu membuat soal USBN dengan penuh semangat. Demi kesuksesan
siswa binaan masing-masing.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar