Setiap
hari Minggu Andi bermain layang-layang di lapangan bola. Andi mengambil
layang-layang dan benang gelasan yang baru saja dibelinya dari toko kelontong. Layang-layang
itu berbentuk wajik. Benang gelasan adalah benang biasa yang sudah dilapisi
semacam butiran halus dari gelas atau kaca. Gunanya memperkuat bila melawan
benang layang-layang lawan. Minggu lalu layang-layang miliknya tersangkut di
pohon mangga. Ketika dia berusaha mengambil, layang-layang itu sobek. Benang
yang tersangkut pun panjang. Sebab pohon itu terlalu tinggi.
Andi menghampiriTresno. Rumah Tresno
terletak di depan rumahnya.
Tok tok tok
“Assalamualaikum...”
“Alaikumsalam,” seorang anak membukakan
pintu. Tapi anak itu bukan Tresno.
“Hai, Ndi... ayo masuk!” pinta
Tresno dari dalam ketika melihat Andi datang.
“Wah, kamu mau main kuda lumping
ya?” tanya Andi sambil senyum-senyum. Tresno membawa kuda lumping. Saat masih
muda bapak Tresno pemain kuda lumping. Terlihat kuda lumping itu milik
bapaknya.Kuda lumping itu terbuat dari bambu.
“Iya. Saudaraku ingin melihat permainan
kuda lumping. Eh kalian kan belum saling kenalan,” jelas Tresno.
“Andi.”
“Ari.”
Setelah saling berkenalan, Andi
berpamitan. Tidak lupa Tresno meminta maaf tidak dapat bermain layang-layang.
Biasanya mereka bermain layang-layang bertiga. Sani pasti sudah menunggu di
lapangan. Akhirnya Andi pergi sambil membawa layang-layang dan benang gelasan.
Tempo hari Tresno bercerita, salah
satu saudaranya pindah di daerah ini. Papanya pindah kerja. Mungkin karena
belum memiliki teman, Ari bermain di rumah Tresno.
Sampai di lapangan tentu saja Sani
terheran.
“Tresno mana?” tanya Sani.
Andi bercerita bahwa Tresno sedang
kedatangan saudaranya. Akhirnya mereka bermain berdua. Andi membawa gulungan benang
gelasan. Sementara Sani memegang layang-layang. Setelah beberapa saat,
layang-layang itu membumbung tinggi di angkasa.
@@@
Ning nong ning nong ning nong ning
nong...
Samar-samar
terdengar musik kuda lumping. Suara itu dari rumah Tresno. Andi baru saja
mengambil layang-layang dan benang gelasan. Pasti
saudara Tresno, Ari, datang di rumahnya.
Dan hari Minggu ini Tresno juga tidak bermain layang-layang.
Andi
mengintip dari gorden dinding kaca ruang tamu. Tresno sedang asyik bermain kuda
lumping mengikuti irama dari tape
recorder. Ari menyaksikan dengan terkesima. Tresno tertawa sambil menaiki
kuda lumping. Setelah beberapa lama, Tresno kehausan. Dia minum minuman dari
gelas. Tapi setelah habis, gelas itu dimakan sedikit demi sedikit. Ari ikut
memakan gelas minumannya. Mereka tampak tertawa-tawa.
Saat
itu juga Andi menemui Sani di lapangan.
“San, kamu tahu nggak...” ungkap
Andi dengan napas terengah-engah.
“Tahu apa? Kamu kenapa sih
kebingungan? Ayo cepetan terbangkan layang-layangmu ke udara,” ajak Sani
memberi semangat sudah tidak sabaran.
“Aku menemui kejadian aneh. Ini
penting, menyangkut teman kita, Tresno!” cerita Andi dengan terbata-bata.
“Memangnya Tresno kenapa?” tanya
Sani.
“Setelah bermain kuda lumping, dia makan
beling!”
“Ha! Masa? Dia makan beling?” ulang
Sani tidak kalah terkejut.
“Iya, yang aku heran, saudaranya
juga ikut makan beling. Mereka makan beling dari gelas minuman sambil
tertawa-tawa.”
“Wah, bahaya. Kalau begitu kita
jangan dekat-dekat dia.”
“Kamu benar. Kita jangan lagi
bermain dengan Tresno. Kita bisa kerasukan seperti Ari.”
Setelah itu mereka bermain
layang-layang bersama.
@@@
Hari ini Andi dan Sani bersiap akan
bermain layang-layang. Andi membawa gulungan benang gelasan. Sedangkan Sani
memegang layang-layang. Dari kejauhan Tresno berjalan menuju lapangan.
“Aku ikutan. Kebetulan hari ini Ari
tidak datang ke rumahku!” pinta Tresno.
“Kamu bermain sendiri saja! Kami
tidak mau ikut kerasukan makan beling seperti saudaramu itu!” ungkap Andi.
Tresno merenung sesaat. Barulah
setelah itu dia teringat sesuatu.
“O...jadi kalian pikir aku makan
beling dari gelas minuman,” jelas Tresno.
Keduanya mengangguk.
“Aku tidak makan beling. Karena
gelas itu tidak terbuat dari beling, melainkan dari rumput laut. Gelas itu
sengaja diciptakan untuk mengurangi sampah plastik. Rumput laut kaya kandungan gizi.
Kalaupun masih tersisa lalu dibuang, menjadi pupuk bagi tanaman.”
Mereka terheran dan penasaran.
Tresno berjanji akan memberi, bila Ari berkunjung dan membawa gelas itu. Mereka
kini senang karena tidak akan kerasukan.
Mereka bermain layang-layang penuh
suka cita.
@@@
Cernak
ini pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Minggu, 15 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar