Boneka Lili
Sore ini Lili bersemangat ke rumah Reni. Ia menunggu
Nanda di teras rumah. Sepulang sekolah tadi Reni berjanji akan memperlihatkan
boneka barunya. Lili, Reni, dan Nanda selain teman sekelas juga tetangga.
"Ayo,
Li, kita ke rumah Reni sekarang," teriak Nanda dari depan pagar rumah.
Nanda juga ingin sekali melihat boneka baru Reni.
Kemudian
Lili dan Nanda ke rumah Reni.Ternyata Reni sudah menunggu di teras rumah.
"Wah,
bonekamu bagus. Warnanya serba pink, baju, sepatu, tas," kata Nanda sambil
memperhatikan boneka yang berdiri di samping Reni. Mereka duduk di lantai.
"Rambutnya
coklat keemasan," sambung Lili.
"Ini
namanya boneka barby. Boneka barby terkenal dengan warna pink. Makanya baju,
sepatu, tas, semua warna pink, "jelas Reni.
Tidak
henti-hentinya Lili dan Nanda memperhatikan boneka barby. Tidak terasa sudah
hampir magrib. Lili dan Nanda pulang.
Semenjak
Reni membeli boneka baru, setiap sore Lili dan Reni datang. Mereka bermain
boneka barby secara bergantian.
Lili kaget ketika suatu sore melihat
Nanda juga membawa boneka.
“Wah,
kamu sekarang juga punya boneka,” ungkap Lili. Diam-diam dia iri. Sekarang
tinggal dirinya yang tidak memiliki boneka.
“Iya,
aku dibelikan Ayah tadi malam,” cerita Nanda senang.
Mereka
menuju ke rumah Reni. Kalau saja bapak masih ada, aku bisa minta dibelikan
boneka. Ungkap Lili sedih dalam hati. Hasil dari pekerjaan ibu hanya cukup
untuk membiayai sekolah dan makan sehari-hari. Maklumlah bapak sudah meninggal
karena kecelakaan dua tahun lalu. Semenjak itu ibu menjadi tulang punggung.
Pekerjaan ibu sebagai penjahit.
Tidak
lama Lili dan Nanda tiba di rumah Reni. Reni tak kalah senang melihat Nanda membawa
boneka. Kini boneka barby ada temannya.
"Wah,
bonekamu bagus, bisa menangis dan tertawa," tukas Reni terheran.
"Kok
bisa begitu?” tanya Lili penasaran.
“Di punggung boneka ini ada tombolnya. Kalau
tombol digeser ke kanan menangis kalau digeser ke kiri tertawa, dan kalau
tombol ini di tengah berarti dia diam,” jelas Nanda.
Lili
dan Reni manggut-manggut. Nanda menamai bonekanya, Putri.
“Sekarang, tinggal kamu, Li, yang belum punya boneka,” kata Reni yang
diiyakan Nanda. Lili menanggapi dengan senyum.
"Iya,
nanti sampai di rumah aku minta sama Ibu agar dibelikan boneka," jawab
Lili. Padahal ia tahu, ibu tidak
mungkin membelikannya boneka.
Sampai
di rumah, Lili murung. Ibu yang sedang sibuk menjahit baju menghentikan
pekerjaannya. Ibu pun bertanya mengapa Lili sedih. Kemudian Lili bercerita.
"Jadi
kamu ingin boneka, Li," tukas ibu."Besok ketika kamu bermain lagi
dengan Reni dan Nanda, kamu juga sudah membawa boneka," janji ibu.
"Benar,
Bu? Ibu akan membelikan Lili boneka?" tanya Lili tidak percaya.
“Lihat
saja besok.”
@@@
Keesokan
hari ketika Lili keluar dari kamar, ibu menyapa. Lili baru saja selesai mandi
sore.
"Hai,
Lili, apa kabar? Aku Nita, kenalkan, ini Meong, kucingku. Apakah kamu suka buah
strowbery?" cerita ibu sambil memainkan boneka Nita, boneka kucing, dan
boneka strowberry. Boneka-boneka itu dipasangkan pada jari-jari ibu. Boneka itu
ibu buat dari kain perca.
"Ibu,
bonekanya lucu sekali," tukas Lili lalu mengambil boneka-boneka itu dari
jari-jari ibu.
Tidak lama Nanda datang mengajaknya ke rumah
Reni. Lili sengaja membuat kejutan. Ia menyimpan boneka-bonekanya dalam saku
baju.
Tiba di
rumah Reni, Lili pura-pura ke kamar mandi. Setelah keluar...
“Hai,
Putri, Barby, salam kenal. Namaku Nita. Kenalkan ini Meong, kucingku. Aku suka
makan buah strowberry. Apakah kalian mau buah stowberry?” cerita Lili sambil memainkan
boneka yang dipasangkan pada jari-jarinya.
Reni dan
Nanda terkejut.
“Ternyata
Lili sekarang juga punya boneka,” kata Nanda setengah berteriak.
“Bonekanya unik,” tambah Reni.
Karena
penasaran, Reni dan Nanda memasangkan boneka-boneka itu pada jari-jari mereka
secara bergantian.
Lili
tidak menyangka boneka buatan itu tidak kalah menarik dengan yang dijual di
toko.
@@@
Cernak ini
pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 5 Juli 2017
Ceritanya keren, Mbak Iis.
BalasHapusJadikan penyemangat, untuk terus menulis Mbak Iis.
Salam semangat menulis, Mbak.
Terima kasih Kak Bambang Irwanto sudah mampir. Iya nih jadi tambah semangat menulis.
Hapus